a.
Perkembangan
Fisik
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kank harus di bagi menjadi dua periode yang berbeda awal dan akhir amsa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur duatahun sampai enam tahun dan periode akhir dari enam tahun sampai tiba satnya anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak di mulai sebagai penutup masa bayi di mana ketergantungngan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir sekitar usia masuk sekolah dasar. (Hurlock, 1980: 108).
b.
Perkembangan
Intelektual
Perkembangan intelektual dikenal juga
dengan istilah perkembangan kognitif, sedangkan intelektual itu sendiri menurut
Jean Piaget berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu intellect, yang berarti
akal budi yang berdasarkan aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses berfikir
yang lebih tinggi ( Bybee dan Sund, 1982 ). Sedangkan intelligence atau
intelegensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh
kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang
kompleks seperti berfikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Jean Piaget membagi
perkembangan intelek/kognitif menjadi 4 tahapan, yaitu:
1) Tahap
Sensori-Motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Sensori-motoris itu sendiri adalah saraf-saraf yang terdapat pada setiap manusia. Bayi yang baru lahir sangat bergantung kepada orang dewasa disekitarnya. Ia tidak tahu sedikit pun tentang dunia tempat ia terdampar. Ia sadar akan perubahan disekitarnya, misalnya perubahan suhu, perasaan diangkat dan digendong, sejumlah suara, sinar terang dan kedekatan tubuh manusia lainnya.
2) Tahap
Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun.
Tahap ini juga disebut tahap intuisi, yang berarti semua perbuatan rasionalnya
tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan
alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna,dan lingkungnan
sekitarnya. Pada tahap ini pula anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya,
terutama yang berhubungan eret dengan dengan kebutuhan mereka.
3) Tahap
Operasional Konkret
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11
tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan
sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Pada tahap ini,interaksinya dengan
lingkungan, termasuk dengan orang tuanya sudah semakin berkembang dengan baik. Anak
sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran
orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
4) Tahap
Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak usia 11 tahun keatas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa.
Perkembangan intelektual/kognitif
dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Faktor
hereditas. Semenjak dalam kandungan,anak telah memiliki sifat-sifat yang
menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa
kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berfikir setaraf normal, di atas
normal, atau dibawah normal.
2) Faktor
lingkungan. Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting perannya dalam
memengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah. Intervensi
yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan
pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki
informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk
berfikir. Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk
meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berfikir anak.
c. Perkembangan
Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain dengan menyampaikan makna kepada
orang lain dalam berbagai bentuk komunikasi, baik melalui perkataan, tulisan maupun
ekspresi. Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan
perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat di
bedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap pralinguistik atau meraban (0,3-1,0 tahun).
Pada tahap ini, anak mengeluarkan bunyi
ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif. Pada umur ini
anak mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain yang
ada di sekitarnya sebagai upaya mencari kontak sosial.
2) Tahap holhofrastik atau kalimat satu kata (1,0-1,8 tahun)
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai
mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang
sebagai satu kalimat penuh mencangkup aspek intelektual maupun emosional
sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Sebagai contoh
ketika anak menyatakan “obial” dapat belarti “saya mau main
mobil-mobilan”,”saya mau ikut naik mobil bersama ayah”.
3) Tahap kalimat dua kata (1,6-2,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak
kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan
kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kaliamt dua kata” yang dirangkai
secara tepat. Misalnya anak mengucapkan “mobil-mobilan siapa?” atau bertanya “
itu mobil-mobilan milik siapa?”, dan sebagainya
4) Tahap perkembangan tata bahasa awal (2,0-5,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan
tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan
semakin komplek, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan
terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan
dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak
.
5) Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0-10,0 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan
struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan
kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi.
Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencangkup belajar
mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan taat bahsa dan fonologis dalam
bahasa terkait (Taringan,1986).
6) Tahap kompetensi lengkap (11,0 tahun-dewasa)
Pada akhir masa kanak-kanak, perbendaharaan kita terus meningkat, gaya bahsa mengalami perubahan, dan semakin lancer seta pasih dalam berkomunikasi. Keterampilan performansi tata bahasa terus berkembang kea rah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komuni kasi (Ali dan Asrori, 2009:124-125).
Perkembangan bahasa dipengaruhi beberapa
faktor berikut:
1) Usia.
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya
pengalaman, dan meningkatnya kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang
sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
2) Kondisi
Lingkungan. Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil cukup
besar dalam berbahasa. Perkembangan
bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan.
3) Kecerdasan
anak. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat,
kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu
pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan
seseorang anak.
4) Status
sosial ekonomi keluarga. Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan
mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan
anggota keluarganya. Pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa.
5) Kondisi
fisik. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti
bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan
dalam berbahasa.
d. Perkembangan
Emosi
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri
kita, dapat berupa perasaan senang atau
tidak senang, benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam
perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman (1995:411) menyatakan
bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk
bertindak".
Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa "emosi merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku".
Fungsi atau peranan emosi pada perkembangan
anak sebagai berikut:
· Sebagai bentuk komunikasi sehingga anak
dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. Sebagai
contoh, anak yang merasakan sakit atau marah biasanya mengekspresikan emosinya
dengan menangis. Menangis ini merupakan bentuk komunikasi anak dengan
lingkungannya pada saat ia belum mampu mengutarakan perasaannya dalam bentuk
bahasa verbal.
· Emosi berperan dalam mempengaruhi
kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya, antara lain
berikut ini.
o Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan
merupakan sumber penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian
lingkungan sosial ini akan menjadi dasar individu dalam menilai dirinya
sendiri.
o
Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan
dapat mempengaruhi interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi ynag ditampilkan
lingkungannya.
o Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis
lingkungan.
o Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
o Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas motorik dan mental anak.