Tidak ada manusia yang sama secara keseluruhan. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari individu lain. Peserta didik merupakan objek dari pendidikan sangat penting untuk diperhatikan dari berbagai faktor. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan peserta didik. Di antara perkembangan peserta didik tersebut perbedaan individu dan karakteristiknya.
Berikut
beberapa aspek perbedaan dari tiap individu termasuk peserta didik:
a. Perbedaan
Fisik
Pertumbuhan fisik merupakan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada manusia dan menjadi gejala primer dalam pertumbuhan manusia. Pertumbuhan fisik terjadi sejak masa anak-anak sampai lanjut usia. Pertumbuhan fisik meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder), sampai penurunan kondisi fisik.
b. Perbedaan
Intelegensi
Setiap individu manusia dilahirkan
dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda. Perbedaan kecerdasan dapat diketahui
para psikolog dengan menguji pembendahara kata, ketelitian, ketahanan kerja,
dan kekuatan persepsi. Intelegensi dapat terdiri dari kemampuan memecahkan
masalah secara praktis, kemampuan verbal, dan kemampuan sosial. Kemampuan untuk
memecahkan masalah secara praktis termasuk di dalamnya penggunaan logika,
menghubungkan ide-ide, dan pandangan kepada masalah secara keseluruhan.
Kemampuan verbal meliputi penggunaan dan pemahaman bahasa secara lisan dan
tulisan dengan cara yang baik. Selanjutnya yaitu kompetensi sosial lebih
ditekankan pada interaksi dengan individu lain meliputi pemikiran yang terbuka
pada perbedaan jenis manusia dan menunjukkan minat dalam topik yang berbeda.
Para ahli memberikan
pandangan yang berbeda dalam mendeskripsikan kecerdasan. Thurstone (1947)
meyakini bahwa kecerdasan terdiri dari kemampuan verbal, kefasihan berbicara,
kemampuan numerik, visualisasi ruang, ingatan asosiatif, kecepatan perseptual,
dan alasan-alasan. Ketujuh kemampuan tersebut secara bersama-sama akan membentuk
perilaku cerdas pada diri seseorang. Selain itu, Howard Gardner –psikolog asal
Amerika—menggagas teori multiple
intelligences (kecerdasan jamak) yang menyatakan bahwa kecerdasan manusia
dapat diklasifikasikan menjadi delapan kecerdasan berikut.
1) Kecerdasan verbal (linguistic)
2) Kecerdasan matematika
(logical mathematical)
3) Kecerdasan spasial (visual)
4) Kecerdasan
tubuh-kinestetik (bodily and kinesthetic)
5) Kecerdasan music (musical)
6) Kecerdasan sosial (intrapersonal)
7) Kecerdasan diri (interpersonal)
8) Kecerdasan alam (naturalistic) (Campbell, 1999)
Kedelapan kecerdasan ini
akan membedakan kemampuan anak dalam belajar. Kedelapan kecerdasan ini akan
membedakan kemampuan anak dalam belajar. Anak-anak yang memiliki kecerdasan
verbal akan sangat pandai belajar menulis dan berbicara. Anak-anak yang
memiliki kecerdasan matematika akan sangat pandai berhitung. Anak yang memiliki
kecerdasan spasial akan sangat pandai berpikir tiga dimensi. Anak yang memiliki
kecerdasan tubuh-kinestetik akan mampu memanipulasi bjek dan cerdas dalam
latihan-latihan fisik. Anak yang memiliki kecerdasan musik memiliki
sensitivitas yang tinggi terhadap irama, melodi, dan suara. Anak yang memiliki
kecerdasan intrapersonal akan memiliki kemampuan memahami diri sendiri dan
menata kehidupannya. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal akan mampu
berinteraksi efektif dengan orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan natural
akan memiliki kemampuan yang baik dalam mengamati pola-pola alam dan memahami
sistem alam serta sistem buatan manusia.
c. Perbedaan
Gaya Belajar dan Gaya Berpikir
Gaya belajar adalah gaya
yang dipilih dan digunakan seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan
dan memproses informasi tersebut. Setiap individu memiliki gaya beajar yang
berbeda. Gaya belajar dapat dipengaruhi oleh faktor alamiah sejak lahir dan
faktor lingkungan. Bagi seorang guru pemahaman terhadap gaya belajar murid,
dapat dimanfaatkan guru untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa, sehingga
hasil belajar siswa dapat optimal.
Menurut DePorter dan
Hernacki (2002) ada 3 (tiga) modalitas belajar pada peserta didik yaitu,
modalitas visual, modalitas auditori, dan modalitas kinestetik (V-A-K). Adapun
karakteristik dari masing-masing modalitas sebagai berikut.
1) Visual
(belajar dengan cara melihat)
Anak yang bergaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi guru untuk mengerti materi pelajaran. Mereka
berpikir dengan menggunakan gambar-gambar dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video.
2) Auditori
(belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan modalitas pendengarannya untuk mencapai kesuksesan dalam belajar. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang dikatakan guru. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori.
3) Kinestetik
(belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan.
Selain gaya belajar, perbedaan individu juga dapat dilihat dari gaya berpikir. Pembagian gaya berpikir yang sering kita dengan ialah gaya berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen adalah cara berpikir ke arah yang sempit atau ke arah mengecil, dari global ke arah detail. Berpikir divergen adalah berpikir dari yang kecil ke arah yang luas atau dari yang detail ke arah yang global.
d. Perbedaan
Kepribadian
Peserta didik memiliki tipe kepribadian
yang berbeda-beda. Eysenk (1916- 1997) mendefinisikan kepribadian adalah keseluruhan
pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana
ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku itu berasal dan dikembangkan
melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah
laku: sektor kognitif (intelligence), sektor konatif (character), sektor
afektif (temperament), sektor somatik (fisiologis dan fungsi otak). Eysenk
(1916-1997) menyatakan ada 3 (tiga) dimensi kepribadian manusia yaitu:
1) Ekstraversi-introversi
Sifat-sifat utama ekstraversi antara lain:
ramah, lincah, aktif, asertif, suka mencari sensasi, periang, dominan, dan suka
berspekulasi. Sifat utama intraversi antara lain tidak sosial, pendiam, pasif,
ragu, banyak pikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut, tertutup, damai, tenang,
dan terkontrol.
2) Neurotis
Sifat-sifat yang dimiliki orang neurotis
antara lain: penuh kecemasan, depresi, merasa bersalah, percaya diri rendah,
tegang, irasional, malu-malu, larut dalam suasana hati, dan emosional.
3) Psikotisme
Sifat-sifat yang dimiliki orang neurotis antara lain: dingin, agresif, egosentris, impersonal, implusif, anti sosial, tidak berempati, kreatif, dan bebal.
e. Perbedaan
tempramen
Temperamen adalah gaya
perilaku seseorang dan caranya yang khas dalam menanggapi atau merespon sesuatu.
Temperamen adalah gabungan dari sifat/karakteristik dalam diri seseorang yang
cenderung menentukan cara ia berpikir, bertindak, dan merasa. Santrock
(2008:160) dengan mengutip Alexander Chess dan Stella Thomas menyatakan ada
tiga jenis tempramen pada peserta didik, yaitu:
1) Easy
child (anak mudah). Anak tipe ini biasa memiliki perasaan (mood) positif, cepat
membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman atau hal-hal yang
baru.
2) Difficult
child (anak sulit). Anak tipe ini cenderung bereaksi negatif, cenderung
agresif, kurang kontrol diri, dan lamban menyesuaikan dengan pengalaman atau
hal-hal yang baru.
3) Slow-to-warm
child (anak lambat bersikap hangat). Anak tipe ini selalu beraktivitas lamban,
cenderung bersikap negatif, lambat dalam beradaptasi, dan intentisitas mood
(perasaan yang dominan) yang rendah.
Setiap
individu berbeda dan memiliki karakteristiknya masing-masing. Aspek-aspek yang
telah disebutkan di atas menjadi aspek yang membedakan antara individu yang
satu dengan individu lainnya. Penting untuk mengetahui perbedaan karakteristik
peserta didik untuk menentukan pemberian perlakuan terhadap peserta didik yang
berbeda-beda.
Sumber : Sitorus, M. (2012). Perkembangan peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar