Minggu, 09 April 2023

Perbedaan Individu dan Karakteristiknya

     Tidak ada manusia yang sama secara keseluruhan. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari individu lain. Peserta didik merupakan objek dari pendidikan sangat penting untuk diperhatikan dari berbagai faktor. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan peserta didik. Di antara perkembangan peserta didik tersebut perbedaan individu dan karakteristiknya.  

 



Berikut beberapa aspek perbedaan dari tiap individu termasuk peserta didik:

 

a.       Perbedaan Fisik

Pertumbuhan fisik merupakan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada manusia dan menjadi gejala primer dalam pertumbuhan manusia. Pertumbuhan fisik terjadi sejak masa anak-anak sampai lanjut usia. Pertumbuhan fisik meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder), sampai penurunan kondisi fisik.

b.      Perbedaan Intelegensi

Setiap individu manusia dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda. Perbedaan kecerdasan dapat diketahui para psikolog dengan menguji pembendahara kata, ketelitian, ketahanan kerja, dan kekuatan persepsi. Intelegensi dapat terdiri dari kemampuan memecahkan masalah secara praktis, kemampuan verbal, dan kemampuan sosial. Kemampuan untuk memecahkan masalah secara praktis termasuk di dalamnya penggunaan logika, menghubungkan ide-ide, dan pandangan kepada masalah secara keseluruhan. Kemampuan verbal meliputi penggunaan dan pemahaman bahasa secara lisan dan tulisan dengan cara yang baik. Selanjutnya yaitu kompetensi sosial lebih ditekankan pada interaksi dengan individu lain meliputi pemikiran yang terbuka pada perbedaan jenis manusia dan menunjukkan minat dalam topik yang berbeda.

Para ahli memberikan pandangan yang berbeda dalam mendeskripsikan kecerdasan. Thurstone (1947) meyakini bahwa kecerdasan terdiri dari kemampuan verbal, kefasihan berbicara, kemampuan numerik, visualisasi ruang, ingatan asosiatif, kecepatan perseptual, dan alasan-alasan. Ketujuh kemampuan tersebut secara bersama-sama akan membentuk perilaku cerdas pada diri seseorang. Selain itu, Howard Gardner –psikolog asal Amerika—menggagas teori multiple intelligences (kecerdasan jamak) yang menyatakan bahwa kecerdasan manusia dapat diklasifikasikan menjadi delapan kecerdasan berikut.

1) Kecerdasan verbal (linguistic)

2) Kecerdasan matematika (logical mathematical)

3) Kecerdasan spasial (visual)

4) Kecerdasan tubuh-kinestetik (bodily and kinesthetic)

5) Kecerdasan music (musical)

6) Kecerdasan sosial (intrapersonal)

7) Kecerdasan diri (interpersonal)

8) Kecerdasan alam (naturalistic) (Campbell, 1999)

 

Kedelapan kecerdasan ini akan membedakan kemampuan anak dalam belajar. Kedelapan kecerdasan ini akan membedakan kemampuan anak dalam belajar. Anak-anak yang memiliki kecerdasan verbal akan sangat pandai belajar menulis dan berbicara. Anak-anak yang memiliki kecerdasan matematika akan sangat pandai berhitung. Anak yang memiliki kecerdasan spasial akan sangat pandai berpikir tiga dimensi. Anak yang memiliki kecerdasan tubuh-kinestetik akan mampu memanipulasi bjek dan cerdas dalam latihan-latihan fisik. Anak yang memiliki kecerdasan musik memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap irama, melodi, dan suara. Anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal akan memiliki kemampuan memahami diri sendiri dan menata kehidupannya. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal akan mampu berinteraksi efektif dengan orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan natural akan memiliki kemampuan yang baik dalam mengamati pola-pola alam dan memahami sistem alam serta sistem buatan manusia.

 

c.       Perbedaan Gaya Belajar dan Gaya Berpikir

Gaya belajar adalah gaya yang dipilih dan digunakan seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Setiap individu memiliki gaya beajar yang berbeda. Gaya belajar dapat dipengaruhi oleh faktor alamiah sejak lahir dan faktor lingkungan. Bagi seorang guru pemahaman terhadap gaya belajar murid, dapat dimanfaatkan guru untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

Menurut DePorter dan Hernacki (2002) ada 3 (tiga) modalitas belajar pada peserta didik yaitu, modalitas visual, modalitas auditori, dan modalitas kinestetik (V-A-K). Adapun karakteristik dari masing-masing modalitas sebagai berikut.

1)      Visual (belajar dengan cara melihat)

Anak yang bergaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi guru untuk mengerti materi pelajaran. Mereka berpikir dengan menggunakan gambar-gambar dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.

2)      Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan modalitas pendengarannya untuk mencapai kesuksesan dalam belajar. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang dikatakan guru. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori.

3)      Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh)

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan.

Selain gaya belajar, perbedaan individu juga dapat dilihat dari gaya berpikir. Pembagian gaya berpikir yang sering kita dengan ialah gaya berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen adalah cara berpikir ke arah yang sempit atau ke arah mengecil, dari global ke arah detail. Berpikir divergen adalah berpikir dari yang kecil ke arah yang luas atau dari yang detail ke arah yang global.

d.      Perbedaan Kepribadian

Peserta didik memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda. Eysenk (1916- 1997) mendefinisikan kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah laku: sektor kognitif (intelligence), sektor konatif (character), sektor afektif (temperament), sektor somatik (fisiologis dan fungsi otak). Eysenk (1916-1997) menyatakan ada 3 (tiga) dimensi kepribadian manusia yaitu:

1)      Ekstraversi-introversi

Sifat-sifat utama ekstraversi antara lain: ramah, lincah, aktif, asertif, suka mencari sensasi, periang, dominan, dan suka berspekulasi. Sifat utama intraversi antara lain tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak pikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut, tertutup, damai, tenang, dan terkontrol.

2)      Neurotis

Sifat-sifat yang dimiliki orang neurotis antara lain: penuh kecemasan, depresi, merasa bersalah, percaya diri rendah, tegang, irasional, malu-malu, larut dalam suasana hati, dan emosional.

3)      Psikotisme

Sifat-sifat yang dimiliki orang neurotis antara lain: dingin, agresif, egosentris, impersonal, implusif, anti sosial, tidak berempati, kreatif, dan bebal. 

e.       Perbedaan tempramen

Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan caranya yang khas dalam menanggapi atau merespon sesuatu. Temperamen adalah gabungan dari sifat/karakteristik dalam diri seseorang yang cenderung menentukan cara ia berpikir, bertindak, dan merasa. Santrock (2008:160) dengan mengutip Alexander Chess dan Stella Thomas menyatakan ada tiga jenis tempramen pada peserta didik, yaitu:

1)    Easy child (anak mudah). Anak tipe ini biasa memiliki perasaan (mood) positif, cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman atau hal-hal yang baru.

2)  Difficult child (anak sulit). Anak tipe ini cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri, dan lamban menyesuaikan dengan pengalaman atau hal-hal yang baru.

3)    Slow-to-warm child (anak lambat bersikap hangat). Anak tipe ini selalu beraktivitas lamban, cenderung bersikap negatif, lambat dalam beradaptasi, dan intentisitas mood (perasaan yang dominan) yang rendah.

 

Setiap individu berbeda dan memiliki karakteristiknya masing-masing. Aspek-aspek yang telah disebutkan di atas menjadi aspek yang membedakan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Penting untuk mengetahui perbedaan karakteristik peserta didik untuk menentukan pemberian perlakuan terhadap peserta didik yang berbeda-beda.


Sumber : Sitorus, M. (2012). Perkembangan peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERTUMBUHAN FISIK, PERKEMBANGAN INTELEKTUAL BAHASA DAN EMOSI

a.       Perkembangan Fisik Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kank harus di bagi menjadi dua periode yang berbeda awal...